Sedikit berbagi kisah di pulau kecil di sebelah utara pulau Papua yaitu pulau Biak. Biak merupakan pulau yang terbentuk dari karang, hampir 70% tanah di pulau ini merupakan karang. Maka dari itu julukan karang panas melekat dengan pulau ini. Kenapa panas apa karang yang ada di pulau ini panas. Tidak demikian saudara, arti panas pada karang panas karena pada siang hari jika cuaca cerah maka cahaya dari matahari akan dipantulkan oleh bebatuan karang yang berawarna putih yang ada di pulau ini yang menyebabkan kondisi akan terasa panas karena efek cahaya yang terpantul.
Bandara Frans Kaisiepo |
Saya cukup mengenal pulau ini sudah lama, sejak saya dilahirkan tahun 1987 saya tumbuh dan besar dan mengalami beberapa peristiwa yang terjadi di pulau ini. Pulau ini banyak menyimpan sejarah, mulai dari pertempuran pasifik yang terjadi antara Jepang dan Sekutu yang di pimpin Amerika yang menjadi salah satu saksi betapa dasyatnya pentempuran tersebut. Hal ini terlihat dari bekas peninggalan perang antara lain yaitu Goa Binsari yang merupakan goa markas tentara Jepang yang di hancurkan melalui serangan udara oleh sekutu dan memakan korban ribuan tentara Jepang yang terbakar di dalam Goa, dan tiga buah lapangan terbang peninggalan sekutu.
Goa Binsari peninggalan perang dunia ke 2 |
Lahir dan besar di pulau Biak banyak membawa karakter yang ada di dalam diri saya. Karakter ini di dapat dari pergaulan kami yang terdiri dari beraneka ragam suku yang ada di Biak. Teman-teman semasa sekolah saya berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, mulai dari ujung barat pulau sumatra sampai dengan unjung timur pulau Papua kalau mau disebut satu persatu mulai dari aceh, medan, riau, palembang, lampung, nias, jakarta, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, kalimantan, manado, makasar, ambon, bali, nusa tenggara, ternate, tidore, dan banyak lagi. Banyak budaya dan adat istiadat dari masing-masing suku ini menjadikan kehidupan di Biak sangatlah dinamis. Kita dengan mudah mendapatkan makanan khas dari daerah-daerah tesebut serta beberapa upacara adat yang tetap di pegang oleh suku-suku yang merantau ke Biak. Dimana kehidupan di pulau ini sangatlah indah. Masyarakat hidup berdampingan dengan sangat ramah dan saling menghormati satu sama lain. Keramahan orang Biak sebagai tuan tanah sudah dari dulu terbukti. Hal ini tergambar dari kisah-kisah para petualang dari pulau Biak yang berlayar dan berinteraksi dengan orang di luar pulau Biak sampai dengan kepulauan Ternate-Tidore. Masyarakat pulau Biak sendiri banyak tersebar di beberapa daerah di Pulau Papua.
Banyak kenangan saya akan pulau ini kenangan waktu kecil saya habiskan di pulau ini. Setelah lulus SMA saya merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di sana. Kurang lebih dari 2006 - 2013 saya merantau keluar Biak. Namun pada tahun 2014 saya mendapat kesempatan untuk kembali lagi ke Biak karena pekerjaan saya saat ini. Kesempatan ini saya gunakan untuk lebih mengenal kembali pulau Biak. Banyak tempat-tempat yang dulunya belum sempat saya kunjungi akhirnya pada kesempatan ini dan dengan rekan-rekan kerja saya mulai mengeksplorasi keindahan alam yang ada di pulau ini. Beberapa video keseruan saya dan teman-teman dapat di saksikan di channel youtube tongJalanJalan. Disini beberapa catatan perjalanan kami untuk mengeksplorasi keindahan alam di Biak mulai dari Air terjun sampai dengan pantai-pantai indah yang ada di Biak. Tidak luput juga kabupaten sebelah yaitu Supiori kami kunjungi.
Hampir lebih dari 8 tahun saya mengabdi di pulau karang ini, waktu ini tidaklah cukup untuk mengexplorasi seluruh tempat yang ada di Biak. Kali ini saya akan merantau keluar Biak kembali dan semoga kenangan yang ada di Biak akan selalu saya kenang dan bagikan ke seluruh Nusantara agar mereka tau kalau di Papua sangat indah dan sekarang sudah sangat maju, berkembang serta kami hidup rukun dan damai.
Tim tukang jalan |
Catatan ini saya buat dimana masih menunggu keputusan penempatan tugas yang baru.
Kasumasa
Comments
Post a Comment