Kehebatan nenek moyang suku Biak dalam menjelajah lautan telah banyak dicatat dalam sejarah. Hal tersebut terlihat dari persebaran suku Biak ke berbagai daerah di Papua dan luar Papua. Keturunannya tersebar di Maluku, Raja Ampat dan hampir di semua pesisir tanah Besar Papua dari Barat hingga ke Timur, bahkan juga di Makassar. Kehebatan nenek moyang suku Biak dalam menjelajah lautan tidak terlepas dari perahu yang digunakan. Orang Biak membagi bentuk perahu menjadi tiga bagian yaitu perahu besar (Wai Beba), perahu sedang (Wai Fadu/Wai Fanobek) dan perahu kecil (Wai Kasun). Perahu besar terdiri atas 3 jenis yaitu Wairon, Waimansusu, Karures dan Pendes. Perahu sedang disebut Waipapan. Sedangkan perahu kecil, terdiri atas Karambow dan kawasa.
Wairon |
Perahu ini dilengkapi juga dengan 2 buah cadik/semang di samping kiri dan kanan. Sedangkan anjungannya, diberi hiasan tradisional yang cukup indah. Tinggi hiasan kurang lebih 147 cm dan panjang 264 cm (Suzanne Greub, 1992:45.). Sebagai pelengkap dipasang sebuah rum. Rum ini berfungsi sebagai tempat meletakkan patung korwar yang dibawa berlayar.
Perahu besar lainnya adalah Wai Mansusu. Lebih dikenal dengan sebutan Mansusu. Perahu ini adalah perahu muatan, namun dapat juga dipakai sebagai perahu perang antar daerah dan antar pulau. Ciri khas perahu ini adalah bentuk muka dan belakang perahu sama, sehingga ketika terjadi perang atau terdesak dalam medan perang, para pendayung tidak perlu bersusah payah memutar perahu untuk meninggalkan medan perang, mereka cukup membalikkan badan saja dan mendayung mundur perahu itu (Lamak A.P dkk, 2005:7-8). Ukurannya besar sesuai dengan fungsinya dan mampu mengangkut hingga 40 orang pendayung Perahu ini dilengkapi dengan cadik, layar, rum dan Kamboi Daum yaitu sandaran untuk para pendayung.
Perahu besar lain yang hingga kini dikenang dalam mitos adalah perahu Karures. Karures adalah perahu besar tanpa cadik dan tidak bergading. Fungsinya adalah untuk mengangkut barang antar pulau. Dalam mitos Manarmakeri, perahu ini digunakan oleh Manarmakeri untuk berlayar ke arah barat, meninggalkan Biak Numfor. Karures masih terlihat pada tahun 1963. Lebih lanjut menurutnya, terdapat juga perahu yang bentuknya seperti perahu pinisi. Perahu ini disebut perahu Pendes. Terakhir perahu ini terlihat tahun 1954. Keunikan perahu ini adalah digunakannya Maon (gong) di atas perahu itu.
Di samping ketiga perahu besar, perahu kecil pun memegang peranan penting dalam hubungan kekerabatan dan dagang antar pulau di kepulauan Biak Numfor. Karambow merupakan jenis perahu kecil bercadik ganda yang fungsinya sama dengan kawasa yaitu perahu yang biasa digunakan oleh keluarga
untuk melakukan aktifitas mereka dalam mencari nafkah sehari hari dan membawa barang atau dagangan ke tempat – tempat yang tidak terlalu jauh. Bentuknya sederhana berupa sampan kecil yang dilengkapi satu atau dua buah semang . Ukuran panjangnya hanya 3 - 6 m. Yang membedakan keduanya adalah penggunaan gaba-gaba yang sering dipasang pada kawasa (waiamper).
Bahan baku yang umum digunakan dalam proses pembuatan perahu, berasal dari beberapa jenis pohon. Untuk bodi perahu digunakan batang pohon Moref, Marem,Sandere atau Abiyai karena kayunya keras dan tidak banyak menyerap air, sehingga kuat dan tahan lama.
Bahan baku yang umum digunakan dalam proses pembuatan perahu, berasal dari beberapa jenis pohon. Untuk bodi perahu digunakan batang pohon Moref, Marem,Sandere atau Abiyai karena kayunya keras dan tidak banyak menyerap air, sehingga kuat dan tahan lama.
sumber:
- https://jurnalbpnbbali.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/Jnana/article/view/16/16
- https://historia.id/budaya/articles/suku-biak-suku-vikingnya-papua-PMLzX
Anak biak mesti tau nih hebatnya nenek moyangnya...
ReplyDeleteBetul kawan
ReplyDelete